Jumat, 08 Agustus 2014

Apa Arti Sebuah Perjuangan

Apa Arti Sebuah Perjuangan

Sebuah kehidupan harus dipahami benar apa maksud di dalamnya. Bahwa apapun yang terjadi adalah takdir yang diberikan Allah swt untuk kita, kita juga harus menyadari bahwa takdir tersebut adalah yang terbaik. Walaupun menurut kita sebaliknya.

Di sini, penulis ingin berbagi sebuah cerita yang mungkin kecil tapi besar hikmahnya jika kita mau untuk memahaminya. Simak ya^



Diawali dari sebuah pernikahan yang sakral dan yang sangat manis, semua orang pun mengharapkan yang demikian bukan pada awalnya saja tapi sampai akhir hidup dan bahkan sampai di alam abadi kelak.
Tapi di sini bukan pernikahan yang banyak dikupas, akan tetapi awal mula dari akhir pernikahan itu yaitu "perceraian". Siapa sih yang mengharapkan perceraian?
Penulis yakin tidak ada seorang pun yang mengharapkannya.

Bagi pihak laki-laki ataupun perempuan, hal tersebut sangat menyakitkan. Dari awal perpisahan tersebut menjadikan si laki-laki mempunyai status "duda" dan perempuan mempunyai status "janda".

Pada kenyataannya status tersebut menjadi hal yang sangat menyakitkan jika dikaitkan dengan guyonan-guyonan yang sering dilontarkan oleh kebanyakan orang. Apa mereka menyadari atau bahkan sengaja menjadikan status tersebut hanyalah sebuah guyonan. Sangatlah tidak lucu tentunya, gembor-gembor si A janda apa kelebihannya? si B duda apa yang diunggulkan?

Kita tidak tahu apa yang telah mereka perjuangkan selama dalam pernikahan tersebut yang akhirnya harus berpisah dengan akibat yang tidak kecil. Hargailah perjuangan tersebut untuk menjadi pelajaran bagi kita agar bisa brtindak lebih baik.

Sebagaimana Kisah Bunda Siti Khotijah berikut:

Menjadi Seorang Janda Terhormat
Di masa kehidupan seorang Siti Khadijah, wanita adalah kaum yang dikucilkan dan tidak ada harganya, apalagi seorang janda. Siti Khadijah pernah diceraikan suaminya, tetapi beliau justru memiliki takdir sebagai pendamping seorang Rasulullah. Inilah bukti bahwa tidak selamanya seorang janda itu hina dan boleh dipandang sebelah mata (seperti cap yang diberikan masyarakat hingga saat ini). Jika sang wanita bisa menghormati diri dan perilakunya, maka status apapun yang disandang, dia pantas menjadi wanita mulia yang suatu saat akan memuliakan seorang pria dan keluarganya.
Mandiri Sebagai Saudagar
Sudah menjadi rahasia umum bahwa Siti Khadijah adalah seorang wirausaha atau saudagar sukses dan kaya raya. Tidak banyak wanita yang mandiri di masa itu, apalagi menjadi seorang saudagar sukses. Inilah bukti bahwa wanita bukan makhluk yang lemah atau bodoh. Wanita bisa menghargai dirinya sendiri dengan menjemput rezekinya dengan mandiri. Dengan menjadi saudagar atau wirausaha, maka terbukalah kesempatan dan rezeki yang lebih besar untuk orang lain.
Tidak Menilai Pria Dari Kekayaannya
Sebagai wanita cantik dan kaya, banyak pria kaya yang ingin melamar Siti Khadijah. Beberapa pelamar itu adalah orang-orang yang berasal dari keluarga kaya dan bersedia membayar berapapun mas kawin yang diinginkan Siti Khadijah. Tetapi wanita mulia tersebut menolak lamaran yang datang secara halus. Harta bukanlah satu-satunya penilaian dalam memilih pasangan hidup.
Melamar Terlebih Dahulu
Jika Anda sering membaca kisah cinta Siti Khadijah dan Nabi Muhammad SAW, Anda pasti tahu bahwa Siti Khadijah yang terlebih dahulu menyatakan keinginannya untuk menikah dengan Rasulullah. Melalui sahabatnya, Siti Khadijah menyampaikan keinginan itu. Hal ini menjadi sebuah jalan bagi wanita untuk tidak malu atau takut mengutarakan keinginan hatinya menikah dengan seorang pria baik, soleh dan berakhlak mulia. Menikah adalah tujuan yang mulia, jadi tidak perlu malu untuk sebuah tujuan mulia yang suci. Kalaupun lamaran itu tidak diterima, janganlah malu, karena Allah SWT pasti punya jawaban terbaik untuk menjawab jodoh seorang wanita.
Istri Yang Taat Pada Suami
Dibandingkan dengan pria kaya raya yang melamar Siti Khadijah, kekayaan Rasulullah saat menikahi Siti Khadijah tidaklah besar. Tetapi Siti Khadijah memilih pria dengan akhlak mulia. Beliau tahu bahwa tugas seorang istri adalah mendampingi suami. Siti Khadijah juga taat dan tidak membawa nama besar keluarganya atau kekayaan yang dimiliki untuk mengurangi rasa hormatnya pada Rasulullah. Pilihlah pria yang taat dan memiliki akhlak mulia, juga pria yang rajin dan pantang menyerah menjemput rezeki halal.
(http://www.vemale.com/inspiring/lentera/19743-teladan-siti-khadijah-menjadi-inspirasi-wanita-modern.html)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar